Holla, kembali bersama
saya, -Radit-, dalam Blog edisi JAKARTA BARU. Saya sebenarnya gak mau bahas
kaya ginian di blog hiburan seperti ini tapi saya rasa apa yang dilakukan oleh
@BLUTransJakarta dalam upayanya menyingkirkan saingan-saingan mereka sudah keterlaluan
jadi saya tidak bisa menahan diri lagi.
Sebelumnya, ini ada
sedikit pelajaran sejarah dari rekan saya Ratri Wibowo supaya kalian mudah
mencerna apa yang saya akan bicarakan
Traja
adalah layanan Bus Rapid Transit (BRT) yang dikelola oleh Unit Pengelola
Transjakarta (biasa disebut BLU). Dalam pembangunan tiap koridor traja, semua trayek
angkutan umum yang bersinggungan dengan koridor traja akan dihapus, lalu
perusahaan-perusahaan operator pemilik trayek dilebur menjadi sebuah konsorsium
yang akan menjadi operator traja di koridor tersebut.
Contohnya,
dulu ada trayek Mayasari P6 (Kampung Rambutan-Grogol) dan PPD 46
(Cililitan-Grogol). Tapi saat kor 9 beroperasi akhir tahun 2010, kedua trayek
ini dihapus, lalu dibentuk konsorsium Trans Mayapada Busway (TMB) yang
beranggotakan Mayasari Bakti dan PPD. TMB akhirnya menjadi operator traja di
kor 9, yang akan dibayar oleh BLU sesuai jumlah kilometer yang ditempuh oleh
bis-bis milik TMB.
Sekilas, ini terkesan
bagus karena tidak ada sistem setoran yang membuat supir ngetem di tengah jalan
nunggu penumpang penuh dan bus pun relatif cepat karena memiliki jalur sendiri.
Tapi pada kenyataannya, layanan TransJakarta bukannya mengungguli Metromini/Kopaja
pada saat itu, tapi malah lebih buruk. Kalau diperhatikan, jumlah penumpang
yang menunggu metromini di pinggir jalan lebih sedikit daripada yang menunggu
di Shelter Busway. Bagaimana mungkin? Padahal, walau gak steril pun, aliran
busway jauh lebih lancar daripada jalur reguler yang digunakan oleh metromini.
Setelah ditelusuri, ternyata ada beberapa penyebab
- Di Halte Ujung, alias halte awal/akhir, pengendali dari BLU (kalau di angkutan reguler istilahnya timer) sering menahan bus yang sudah siap berangkat alias efisiensi. Tujuannya? Supaya kilometer yang mereka bayar ke operator sedikit
- Sopir TransJakarta sendiri juga kerap di suruh jalan dibawah 30 km/jam sebagai upaya mengurangi jumlah kilometer yang ditempuh bus dalam 1 hari.
- Di Jam sibuk dengan SENGAJA memerintahkan bus untuk BBG supaya kilometer yang dibayar adalah kilometer kosong yang lebih murah daripada kilometer normal.
Hal ini memberikan dampak
langsung menumpuknya penumpang karena bus harus berhenti dulu untuk efisensi
(padahal sama aja istilahnya ngetem. Bedanya bus ngetem di halte awal, bukan di
tengah jalan).
Selain itu, dampak tak
langsungnya adalah berkurangnya uang yang di terima oleh operator. Hal ini
signifikan karena untuk membayar Gaji Pramudi yang ditetapkan oleh BLU,
operator sudah kekurangan. Belum untuk membayar perawatan bus. Makanya jangan
heran kalo ada bus yang mogok, copot ban, meledak, terbakar, pintu copot, dsb.
Hal ini membuat banyak
penumpang (yang sanggup) untuk meninggalkan TransJakarta, misal dengan membeli
motor, mobil, atau beralih ke angkutan lain. Tentu saja, dengan dihapusnya
banyak angkutan yang trayeknya bersinggungan, banyak juga penumpang yang tidak
punya pilihan dan tetap menggunakan TransJakarta
Oleh karena itulah,
Pemprov DKI memerintahkan peremajaan angkutan-angkutan umum untuk bis sedang
dan bis kota. Selain itu, spesifikasinya pun diubah dengan mengharuskan adanya
pintu tinggi pada bus-bus yang trayeknya akan bersinggungan dengan Busway.
Hal ini dikarenakan
Pemprov mulai mempertimbangkan memberikan saingan bagi BLU agar pelayanan
membaik. Secara bertahap, Bus sedang mulai diintegrasikan dengan busway
sehingga ritase bus-bus tersebut meningkat karena busway yang relatif lebih
lancar. Bus bus ini disebut Bus Kota Terintergasi Busway atau BKTB.
Selain itu, Pemprov juga
menghidupkan rute-rute dari daerah-daerah penyangga seperti Bekasi, Bogor,
Tangerang (Depok sampai saat ini menolak adanya Angkutan Perbatasan). Angkutan
ini dinamakan Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway atau APTB. Tujuannya,
agar para pengguna kendaraan pribadi mau beralih karena kemudahan berpindah moda
dari APTB ke TransJakarta.
Pada tahap awal, APTB
tidak diminati karena perencanaan rute yang (maaf) bodoh. APTB yang paling
pertama adalah Bekasi-Pulogadung. Padahal, TransJakarta dari Pulogadung, baik
yang mengarah Harmoni maupun Dukuh Atas, adalah rute dengan pelayanan yang
paling buruk. Tak ayal, rute ini pun mati.
Salah satu rute APTB yang
mulai banyak peminatnya adalah rute Ciputat Kota karena rutenya langsung
membelah pusat kota dan memberikan kemudahan bagi pengguna yang bekerja di
Sudirman-Thamrin. Atas dasar inilah banyak rute APTB setelahnya langsung
membawa penumpang dari daerah penyangga untuk menuju pusat kota.
Tentu saja, operator APTB
pun merugi karena dengan adanya penumpang dalam koridor, penumpang terangkut,
tapi mereka tidak mendapatkan bayaran apa-apa. Untuk mengatasi ini
diterbitkanlah tiket dalam koridor. Penggagas tiket ini adalah operator APTB
Cibinong Grogol, Mayasari Bakti. Dengan tiket ini, Operator mendapatkan
bayaran, penumpang pun mempunyai alternatif selain kaleng kerupuk bernama TransJakarta.
Seiring bertambahnya rute
APTB, penumpang pun mulai beralih karena headway APTB lebih sempit, busnya pun
lebih nyaman, dan tak jarang rute APTB adalah rute lintas koridor sehingga
penumpang tidak perlu transit (misal Transit Laknat Semanggi). Semakin ke sini,
operator APTB pun tidak hanya dikelola oleh beberapa operator saja, tapi banyak
operator lain yang ingin masuk ke jaringan busway agar bisa merasakan
keuntungan jalur yang lancar. Pada awalnya, hanya ada 3 operator (PPD, MB, dan
BMP). Sekarang sudah ada 6 dengan masuknya Hiba, Sinar Jaya, dan Agra Mas.
Tiket yang dijual pun berubah seiring dengan bertambahnya operator.
Tentu saja, dengan banyak
penumpang yang beralih ke APTB, BLU mengalami kemerosotan. Oleh karena itu,
Kepala Dinas Perhubungan yang sebelumnya merupakan Kepala BLU, Muhammad Akbar,
memutuskan untuk tidak mengeluarkan izin untuk APTB (Baca: Metromini AC Belum Bisa Masuk TransJakarta).
Bilangnya sih belum, tapi sejujurnya dia tidak mau mengeluarkan izinnya. Padahal Baik Kopaja, Metromini, APTB sudah menambah Armada dan siap melayani rute-rute yang mereka miliki dan menambah rute (MM AC 640, Kopaja AC 19 dan 66) dan sudah lama meminta izin. Berdasarkan info malah ada armada APTB baru di pool Cijantung. Tujuannya simple, agar penumpang tidak memiliki pilihan kecuali naik TransJakarta.
Bilangnya sih belum, tapi sejujurnya dia tidak mau mengeluarkan izinnya. Padahal Baik Kopaja, Metromini, APTB sudah menambah Armada dan siap melayani rute-rute yang mereka miliki dan menambah rute (MM AC 640, Kopaja AC 19 dan 66) dan sudah lama meminta izin. Berdasarkan info malah ada armada APTB baru di pool Cijantung. Tujuannya simple, agar penumpang tidak memiliki pilihan kecuali naik TransJakarta.
Tentu saja, sebenarnya
sudah terlambat karena saat ini APTB sudah menguasai rute-rute kunci yang padat
penumpang. Misalnya saja di koridor 9, akan lebih mudah menemukan APTB daripada
TransJakarta.
Karena itu pula, BLU
(sekarang disebut Unit Pengelola TransJakarta) serta PT Transportasi Jakarta,
sebuah BUMD yang akan mengoperasikan TransJakarta ke depannya, menjalankan
sebuah taktik licik yang menjamin akan ‘memaksa’ penumpang membeli tiket
TransJakarta. Pada 1 Agustus nanti, Mereka akan menarik semua penjualan tiket BKTBdan APTB, baik dalam maupun luar koridor sehingga penumpang yang ingin masukhalte, mau gak mau harus beli tiket TransJakarta untuk masuk. Seandainya mau ke
Cibinong, di dalam bus akan dikenakan tarif 12 ribu sehingga total biaya
menjadi Rp. 15.500
Intinya, UP dan PT TJ
berniat untuk MERAMPOK penumpang yang ingin naik APTB dengan ‘uang rokok’ 3500
sebagai imbalan boleh masuk halte. Kalau gini, apanya yang terintegrasi? Cuma
jalurnya, tiketnya harus bayar dua kali. Hebat sebenernya taktik ini. Licik
luar biasa. Dengan memaksa penumpang beli tiket 3500, mereka masih mendapat
uang walaupun pelayanan mereka NOL BESAR. Yang dirugikan? PENUMPANG. Kenapa?
Biaya perjalanan membengkak (jangan remehkan 3500). Kalau begini sih, jangan
harap kemacetan akan teratasi karena penumpang bisa saja kembali ke kendaraan
pribadi karena merasa dipersulit saat naik angkutan umum.
Sekian aja rant dari
saya. Silahkan kalau mau berkomentar atau menyanggah
-Radit-
No comments:
Post a Comment