Thursday, January 16, 2014

Review Bus TransJakarta Baru serta Kritik pada PT TransJakarta

15 Januari 2014, bertepatan dengan 10 Tahun Busway TransJakarta, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meresmikan pengoperasian 30 bus yang dibeli dari Cina. Bus-bus ini akan dioperasikan di 2 Rute Express gemuk yang selalu menuai caci maki penumpang karena lamanya bus, Express Pulogadung-Bundaran Senayan dan Express Kalideres-Bundaran Senayan. Bus-bus TB yang sebelumnya melayani dua rute ini akan dimaksimalkan untuk melayani Rute Utama Koridor 2 Harmoni-Pulogadung dan Koridor 3 Harmoni-Kalideres (Ya, Harmoni-Kalideres karena hampir semua bus koridor 3 berputar di Harmoni, tidak di Pasar Baru)

Penampakan Bus TransJakarta Baru

Dari luar, bus-bus baru ini memiliki Karoseri yang sama dengan bus-bus Inobus yang beroperasi di koridor 12 (Tj. Priok-Pluit). Bus yang telah lama dinanti pengguna Koridor 2 dan 3 ini adalah bus-bus gandeng. Hal ini cukup membuat saya garuk-garuk kepala karena mayoritas halte Koridor 2 dan Koridor 3 adalah halte satu pintu.

Hal lain yang cukup membingungkan adalah kurangnya petugas di bus. Dalam perjalanan pertama saya dengan TJ0006 (ya, kode barunya karena operatornya adalah pengelola TransJakarta sendiri adalah TJ), hanya ada satu onboard di bus ini. Hal ini cukup merepotkan karena onboard ini ada di area Wanita sehingga saya kesulitan untuk menanyakan operasional bus ini. Tahu sendiri wanita pengguna Traja sangat protektif dengan area mereka. Cukup terbukti dengan tweet para pengguna twitter yang mengeluhkan adanya laki-laki di area wanita. Saya pun jadi segan maju ke depan untuk bertanya pada onboard karena saya yakin pasti wanita-wanita yang sedang ada di situ pasti akan mencap saya predator seks, peleceh, pemerkosa, atau istilah-istilah lainnya.

Saya menaiki TJ0006 dari Halte Karet mengarah ke Sarinah. Kesan saya, busnya sama persis dengan bus Inobus yang pernah saya naiki saat bus koridor 12 di BKO kan ke koridor 9. Di halte-halte 1 pintu seperti Setiabudi dan Tosari serta mayoritas halte koridor 2 dan 3, bus berhenti hanya di pintu bus paling depan. Hal ini bertolak belakang dengan DAMRI yang melayani Koridor 1. Saat berhenti di Halte 1 pintu, DAMRI lazimnya akan berhenti di pintu tengah. Pengecualian biasanya hanya di Halte Masjid Agung arah Kota.Tentu saja ini akan merepotkan saat jam puncak. Apalagi dengan adanya area wanita, sudah bisa dipastikan akan ada laki-laki yang kelewatan turun di halte-halte 1 pintu karena pasti akan dimarahi wanita begitu melewati batas stiker area wanita

Bila anda penumpang laki-laki, pastikan tidak melewati batas ini kecuali anda ingin dianggap kurang ajar oleh penumpang wanita
Selain itu, info audio sama sekali tidak aktif di bus-bus baru ini. Cukup disayangkan karena banyaknya bus yang hanya memiliki 1 onboard serta hanya berhenti di pintu depan akan berpotensi membingungkan penumpang yang tidak familiar dengan rute. Tadi saja, saat di Dukuh atas sangat banyak penumpang arah Kota yang masuk dari pintu belakang karena tak adanya petugas di belakang untuk menginfokan jurusan bus. LED di depan bus pun tidak diaktifkan. Wajar saja penumpang banyak yang keliru.

Hal ini adalah cermin dari tidak profesionalnya dan ketidakmampuan PT TransJakarta sebagai operator bus. Mulai dari petugas yang kesannya "hanya ada" sebagai formalitas, penempatan petugas yang keliru (setidaknya tempatkan dia di pintu tengah agar penumpang Laki-Laki juga memiliki akses informasi tanpa harus dicap brengsek oleh wanita), sampai tidak diaktifkannya Informasi Audio Visual demi kemudahan penumpang. Mentang-mentang busnya dihibahkan ama Pemprov bukan berarti kalian seenaknya saja dengan penumpang. Kasian tuh tadi penumpang yang mau ke Kota harus terbirit-birit keluar karena teriakan 1 petugas tidak sampai ke pintu belakang.

Setelah turun dari Sarinah, saya berputar kembali ke arah Bundaran Senayan dan cukup beruntung mendapatkan TJ0005 dengan 2 orang petugas. Dari petugas ini saya dapatkan informasi bahwa Rute Express sekarang beroperasi sesuai dengan operasional TransJakarta. Walau begitu, saya masih ingin konfirmasi sebelum saya menyatakan bahwa Rute Express beroperasi 17 Jam seperti Rute Utama.

Tidak banyak yang bisa saya katakan dari perjalanan kedua saya dengan TJ0005. Saya hanya melihat-lihat interior bus. Mendapati ada kamera CCTV dan sebuah perubahan kecil untuk lampu peringatan Pintu akan terbuka. Kalau Traja ZhongTong pada umumnya adalah lampu merah yang berkedip-kedip, untuk Traja baru ini adalah lampu Halogen yang berkedip-kedip dan menyala selama pintu terbuka.
Lampu Halogen penunjuk jalan keluar?
Setelah beberapa Halte saya mencoba duduk di kursi. By god, kursinya gak nyaman sama sekali. Memang kursi busa, tapi entah kenapa kursinya keras. Lain kali saya berdiri saja deh daripada pantat saya rata.

Akhir kata, saya sendiri memandang skeptis pengoperasian bus-bus ini akan berdampak signifikan pada waktu tunggu. Terlebih karena koridor gemuk yang sering dikeluhkan, kor 6, tidak mendapatkan Jatah Penambahan Armada. Dari Informasi koran Kompas 16 Januari 2014, Penambahan Armada akan dilakukan sebagai berikut:

- Penambahan 30 Armada untuk Koridor 2 dan 3 [Sudah Dilakukan]
- Penambahan 29 Armada untuk Pinang Ranti-Grogol [22 Januari 2014]
- Penambahan 15 Armada untuk PGC-Ancol [28 Januari 2014]
- Penambahan 15 Armada untuk Koridor 8 Lebak Bulus-Harmoni [28 Januari 2014]
(sumber: Kompas 16 Januari 2014)

1 hal lagi yang mengganggu saya adalah fakta bahwa sudah ada bus TransJakarta baru yang bermasalah di Traffic Light Sarinah. Padahal sewaktu berita pembentukan PT TransJakarta, a certain transportation expert mendukung sambil mencela operator yang saat ini mengoperasikan TransJakarta mengenai banyaknya bus yang mogok. Kalau di hari kedua saja sudah ada yang trouble, bagaimana nanti setelah 1-2 bulan? Apakah perkataan pakar Transportasi ini akan terbukti dengan tidak ada Traja dalam pengelolaan PT TransJakarta yang mogok? atau akan sama saja dengan zaman pengelolaan operator BMP, TMB, dkk?

Sekian dari saya. Seandainya ada yang ingin menyanggah silahkan tinggalkan di bagian komentar bawah, atau langsung mention saya di @Radityo_Utomo

- Radit - 

2 comments:

Unknown said...

Haha, thanks Dit atas sharingnya :D

Gw sih udah males komenin area diskriminasi, gw cuma mau ingetin lagi aja ke BLU/KCJ jangan harap para pembawa kendaraan pribadi yang sebagian besar laki-laki mau beralih ke angkutan umum kalo laki-laki nya didiskriminasi di angkutan umum.

Untuk BLU atau UPT atau masa bodo apalah namanya sekarang... Akhirnya ngerasain juga ya jadi operator, sukurin kualat. Dulu tiap ada traja mogok/kecelakaan kalian selalu nyalahin operator. Sekarang baru hari kedua traja TJ kalian udah mogok, siapa yang mau disalahin, Jokowi gitu yang salah? Pfft... Ya sudahlah silakan kalian nikmati jadi operator, asik kan kalian bisa utak-atik angka kilometer sendiri & nantinya juga akan monopoli jalur-jalur trayek yang operator existingnya udah 'pasrah' dihapus :P Maaf saya tetep gak mau kasih duit ke kalian, mending kasih ke PO bis yang lebih berkualitas (baca: Kopaja AC, Kopami AC, dan operator APTB selain Bianglala) XD

Light Community said...

Setuju banget ama atas gw. BLU Selalu sesumbar mau operasiin bus, you got it! Kalo ada bus nabrak, mogok, meledak, terbakar, ban copot, dan lain-lain, siap gak kalian jadi sasaran kemarahan masyarakat.

Sampe kalian bisa melayani masyarakat dengan benar (baca: gak ada korupsi KM biar bisa beli donat) saya gak mau kasi duit ke BLU. Bahkan kalau tiket Traja di diskon kaya sekarang ini