Selamat hari Kartini!
pada kesempatan ini saya, Radityo
Utomo, ingin sedikit menjelaskan makna emansipasi perempuan
Emansipasi perempuan/feminisme adalah
suatu gerakan untuk menyamakan hak perempuan dan laki-laki dalam
sosial, politik dan ekonomi. Hal ini berarti perempuan tidak harus
tetap di rumah menanak nasi tapi dapat keluar dan bekerja, memilih
pemimpin negara, dan bersosialisasi layaknya laki-laki.
Sayangnya di Indonesia ini, emansipasi
perempuan justru diartikan sebagai peninggian derajat perempuan saat
mereka bersaing dengan laki-laki di luar rumah. Parkir khusus
perempuan di berbagai mall, gerbong khusus perempuan dan rangkaian
kereta khusus perempuan di KRL, area khusus perempuan di
TransJakarta. Menurut para pemangku kebijakan-kebijakan ini, hal-hal
ini diperlukan agar perempuan mendapatkan kemudahan saat bersaing di
dunia luar.
Bodohnya kebijakan-kebijakan disini ada
2:
1. Secara langsung mengatakan bahwa
perempuan itu lemah dan memerlukan perlakuan khusus. Hal ini jelas
bertentangan dengan makna emansipasi itu sendiri.
2. Kebijakan-kebijakan ini mengurangi
hak laki-laki (hak parkir, hak terangkut KRL atau TransJakarta)
Sekarang saya analisis satu per satu
kekhususan perempuan yang saya sebutkan di atas
Untuk parkir khusus perempuan, hal itu
dikarenakan perempuan cendrung belanja banyak sehingga disediakan
parkir yang dekat dengan pintu masuk. Hal itu saya dapat dari rekan
saya yang bekerja di salah satu mall besar di Jakarta. Pertanyaan
saya, belanja banyak berarti berkeliling-keliling mall untuk dapat
begitu banyak tas belanjaan kan? Mereka kuat melakukan itu, masa
mereka tidak kuat jalan ke tempat parkir?
Untuk gerbong dan rangkaian khusus
perempuan di KRL, menurut saya tidak berguna karena perempuan tetap
bisa masuk gerbong campur. Kalau ini memang untuk melindungi
perempuan dari pelecehan, kenapa perempuan tetap bisa masuk gerbong
yang ada laki-lakinya?
Sedangkan untuk area khusus perempuan
di TransJakarta, menurut saya ini luar biasa bodoh dan hanya
mendiskriminasikan laki-laki. Alasannya sama dengan yang sebelumnya,
perempuan masih bisa masuk ke area yang ada laki-laki. Tapi yang
membuat saya benar-benar kecewa dengan kebijakan ini adalah kebijakan
ini diminta oleh para pengguna TransJakarta perempuan. Saya bisa
bilang begini karena banyak rekan-rekan saya dari kalangan onboard
(bahasa jeleknya: kernet) TransJakarta menyatakan bahwa kebijakan
ini hasil dari survey yang dilakukan secara tidak adil (hanya
mensurvei perempuan).
Jujur saja , saya sangat kecewa dengan
perempuan-perempuan ini karena mereka secara langsung menguatkan
stigma bahwa perempuan itu lemah dan harus mendapat pengutamaan.
Selain itu, dengan meminta area perempuan tanpa adanya area
laki-laki, mereka mengurangi hak pengguna laki-laki untuk terangkut
bus TransJakarta.
Dulu sudah ada kebijakan yang lebih
benar dengan adanya area perempuan dan laki-laki. Kebijakan tersebut
hilang karena perempuan protes soal mereka tidak bisa duduk di area
laki-laki. Mungkin agenda para pengguna perempuan ini adalah
menghapus TransJakarta sebagai angkutan umum dan menjadikan
TransJakarta angkutan eksklusif perempuan.
Sekarang saya ingin tanya, benarkah
perempuan selemah itu? Karena pasangan saya bisa naik angkutan umum
(angkot, MetroMini, KRL, Kopaja, Dian Mitra, Patas, dll) dan dapat
menjaga diri. Secara pribadi saya tidak pernah harus khawatir
berlebihan karena dia perempuan kuat.
Sekian sedikit penjelasan dari saya.
Silahkan dikomentari, disanggah, dibagikan, atau apapun yang menurut
pembaca cocok.
1 comment:
Sangat setuju dengan artikel ini, untuk ladies parking, seharusnya tidak perlu, lebih baik sediakan tempat parkir tempat pintu utk beginer driver (maaf kalau beginer nya salah tulis), mereka yang sudah mahir bisa mengalah kepada yang masih kurang bisa, jadi bukan karena jenis kelamin. Untuk area khusus wanita di Transjakarta maupun KRL (meski jarang naik dua2nya) memang sudah keterlaluan dan saya sangat tidak setuju, apalagi setelah melihat dan mendengar bahwa wanita muda sering sulit memberi tempat untuk wanita hamil dan nenek2, malah menyuruh minta ke laki-laki di belakang, kasihan juga mereka harus jalan jauh. Seharusnya kalau menghincari pelecehan ya bener2 pisah dua area khusus wanita dan pria. Kalau masih kayak gini, logikanya wanita yang ke belakang memilih bercampur dengan laki-laki berarti siap dilecehin dong.
Post a Comment