Sunday, April 21, 2013

Selamat hari Kartini!

Selamat hari Kartini!

pada kesempatan ini saya, Radityo Utomo, ingin sedikit menjelaskan makna emansipasi perempuan

Emansipasi perempuan/feminisme adalah suatu gerakan untuk menyamakan hak perempuan dan laki-laki dalam sosial, politik dan ekonomi. Hal ini berarti perempuan tidak harus tetap di rumah menanak nasi tapi dapat keluar dan bekerja, memilih pemimpin negara, dan bersosialisasi layaknya laki-laki.

Sayangnya di Indonesia ini, emansipasi perempuan justru diartikan sebagai peninggian derajat perempuan saat mereka bersaing dengan laki-laki di luar rumah. Parkir khusus perempuan di berbagai mall, gerbong khusus perempuan dan rangkaian kereta khusus perempuan di KRL, area khusus perempuan di TransJakarta. Menurut para pemangku kebijakan-kebijakan ini, hal-hal ini diperlukan agar perempuan mendapatkan kemudahan saat bersaing di dunia luar.

Bodohnya kebijakan-kebijakan disini ada 2:
1. Secara langsung mengatakan bahwa perempuan itu lemah dan memerlukan perlakuan khusus. Hal ini jelas bertentangan dengan makna emansipasi itu sendiri.
2. Kebijakan-kebijakan ini mengurangi hak laki-laki (hak parkir, hak terangkut KRL atau TransJakarta)

Sekarang saya analisis satu per satu kekhususan perempuan yang saya sebutkan di atas

Untuk parkir khusus perempuan, hal itu dikarenakan perempuan cendrung belanja banyak sehingga disediakan parkir yang dekat dengan pintu masuk. Hal itu saya dapat dari rekan saya yang bekerja di salah satu mall besar di Jakarta. Pertanyaan saya, belanja banyak berarti berkeliling-keliling mall untuk dapat begitu banyak tas belanjaan kan? Mereka kuat melakukan itu, masa mereka tidak kuat jalan ke tempat parkir?

Untuk gerbong dan rangkaian khusus perempuan di KRL, menurut saya tidak berguna karena perempuan tetap bisa masuk gerbong campur. Kalau ini memang untuk melindungi perempuan dari pelecehan, kenapa perempuan tetap bisa masuk gerbong yang ada laki-lakinya?

Sedangkan untuk area khusus perempuan di TransJakarta, menurut saya ini luar biasa bodoh dan hanya mendiskriminasikan laki-laki. Alasannya sama dengan yang sebelumnya, perempuan masih bisa masuk ke area yang ada laki-laki. Tapi yang membuat saya benar-benar kecewa dengan kebijakan ini adalah kebijakan ini diminta oleh para pengguna TransJakarta perempuan. Saya bisa bilang begini karena banyak rekan-rekan saya dari kalangan onboard (bahasa jeleknya: kernet) TransJakarta menyatakan bahwa kebijakan ini hasil dari survey yang dilakukan secara tidak adil (hanya mensurvei perempuan).

Jujur saja , saya sangat kecewa dengan perempuan-perempuan ini karena mereka secara langsung menguatkan stigma bahwa perempuan itu lemah dan harus mendapat pengutamaan. Selain itu, dengan meminta area perempuan tanpa adanya area laki-laki, mereka mengurangi hak pengguna laki-laki untuk terangkut bus TransJakarta.

Dulu sudah ada kebijakan yang lebih benar dengan adanya area perempuan dan laki-laki. Kebijakan tersebut hilang karena perempuan protes soal mereka tidak bisa duduk di area laki-laki. Mungkin agenda para pengguna perempuan ini adalah menghapus TransJakarta sebagai angkutan umum dan menjadikan TransJakarta angkutan eksklusif perempuan.

Sekarang saya ingin tanya, benarkah perempuan selemah itu? Karena pasangan saya bisa naik angkutan umum (angkot, MetroMini, KRL, Kopaja, Dian Mitra, Patas, dll) dan dapat menjaga diri. Secara pribadi saya tidak pernah harus khawatir berlebihan karena dia perempuan kuat.

Sekian sedikit penjelasan dari saya. Silahkan dikomentari, disanggah, dibagikan, atau apapun yang menurut pembaca cocok.

-Radit-

1 comment:

sunflower said...

Sangat setuju dengan artikel ini, untuk ladies parking, seharusnya tidak perlu, lebih baik sediakan tempat parkir tempat pintu utk beginer driver (maaf kalau beginer nya salah tulis), mereka yang sudah mahir bisa mengalah kepada yang masih kurang bisa, jadi bukan karena jenis kelamin. Untuk area khusus wanita di Transjakarta maupun KRL (meski jarang naik dua2nya) memang sudah keterlaluan dan saya sangat tidak setuju, apalagi setelah melihat dan mendengar bahwa wanita muda sering sulit memberi tempat untuk wanita hamil dan nenek2, malah menyuruh minta ke laki-laki di belakang, kasihan juga mereka harus jalan jauh. Seharusnya kalau menghincari pelecehan ya bener2 pisah dua area khusus wanita dan pria. Kalau masih kayak gini, logikanya wanita yang ke belakang memilih bercampur dengan laki-laki berarti siap dilecehin dong.